Tuesday, October 15, 2013

Be Empathic to be A Good Desainer

"Customer Journey" mungkin bagi mahasiswa Desain sering mendengar istilah ini. Diamana dalam proses mapping Costumer Journey, kita akan mencari dan memahami keadaan customer secara mendalam. Mulai dari aspek demografinya, psikografinya. Atau secara ekstrim adalah memahami apa yang dilakukan customer mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Menurut dosen saya sebut saja Kang Fadly, kegiatan mapping customer Journey ini sangat penting sebelum memutuskan tujuan dari proses mendesain.

Sebenarnya bukan tentang Customer Journey topik malam ini. Baru saja saya menyelesaikan bab 3 dari buku"Empati Pendekatan Psikologi Sosial" yang ditulis oleh Dr. Taufik, M.Si. Bab 3 membahas tentang perbedaan mendasar antara Empati, Simpati. Ringkas saja,

Simpati
Merupakan suatu keadaan, dimana seseorang ikut hanyut dan merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain. Namun tidak ada proses kajian yang lebih mendalam terhadap perasaan orang lain tersebut. 

Empati
Sedangkan Empati, adalah keadaan seseorang merasakan dan memahami apa yang dirasakan orang lain. Bedanya dalam proses empati, sesorang akan menanyakan dua hal mendasar yaitu "apa yang sedang orang lain rasakan" dan "Apa yang orang lain pikirkan". Sehingga ada proses komunikasi antara pikiran dan perasaan.

Sebagai contoh ilustrasi : Ada seorang pengemis di pinggir ajaln raya. A merasa kasihan dan langsung memberikan uang receh kepada pengemis itu. B mencoba memahami terlebih dahulu keadaan pengemis, dan kemudian memberikan uang receh kepada pengemis itu. Yang dilakukan A adalah tindakan spontan, tanpa ada control diri A masuk kedalam apa yang dirasakan orang lain namun tidak memahaminya secara mendalam. Sedangkan B sama-sama tetap memberikan uang receh, namun dia sudah melakukan proses mendalami, sehingga tidak sekedar ikut hanyut dalam kondisi si pengemis tapi benar-benar engerti. Dan outputnya sama, memberikan uang receh kepada pengemis.

Nah sekarang apa hubungannya dengan Customer Journey. Setelah membaca buku yang ditulis oleh pak Taufik hingga bab 3, saya sadar sebagai desainer yang baik kita tidak bisa hanya asal memberikan solusi desain. Desainer yang baik tidak boleh hanya sebatas simpati, namun harus bisa berempati. Maksud saya adalah, ketika seseorang meminta bantuan untuk dibuatkan desain logo katakanlah kepada kita, idealnya kita tidak bisa langsung duduk di depan adobe dan membuat logo. Kita harus tau apa keinginan dari yang meminta dibuatkan logo, dan apa yang diinginkan sasarannya. Sama seperti proses empati, kita benar-benar paham apa yang dirasakn pengemis. Nah salah satu bagaimana memahami apa yang dibutuhkan sasaran desain adalah melakukan proses Customer Journey. 
Namun yang embuat seorang desainer berbeda adalah, desainer menjadi jembatan antara pihak pertama dan ketiga. Jika dalam pembahasan proses empati dan simpati hanya terjadi antara dua pihak, desainer melibatkan pihak ketiga. Desainer harus benar-benar tahu apa yang diinginkan Client, dan apa yang disukai oleh sasaran. Jadi menurut saya, Customer Journey tidak saja dilakukan untuk mencari tahu apa yang pantas untuk sasaran desain saja, namun juga untuk bahan negosiasi terhadap client yang meminta konsep desain kita.
 Jadi lebih baik jangan melabeli diri sebagai desainer kalau kalian baru sampai tahap simpati, namun cobalah untuk berempati untuk menjadi good desainer. Karena menurut Hoffman Empati adalah awal dari prilaku menolong. So be Empathic to be a Good Desainer.

Mungkin sedikit nggak nyambung tentang apa yang saya paparkan ini. Namun yang ingin saya sampaikan disini adalah, janganlah teman-teman berkacamata kuda. Maksud saya, sebagai mahasiswa desain jangan terpaku pada buku-buku desain saja. Cobalah sekali-kali mencari referensi dari keilmuan lain. Mungkin pembahasannya sangat berbeda namun tidak jarang juga apa yang dibahas memiliki satu benang merah. Seperti halnya Empati dan proses Customer Journey.


Salam, Mahasiswa Desain Galau





No comments:

Post a Comment