Wednesday, July 27, 2011

menuju Paramadina

Sampai detik ini aku masih belum percaya, seorang seperti aku yang tak berpiagam, english speech nggak lancar bisa masuk Paramadina jalur fellowship pula. Teringat awal pertama aku mengenal Paramadina….

PARAMADINA??
Kita kembali ke awal tahun 2011. Saat itu aku bersama dengan Yuda Usman Abidin (Yuda), Akhmad Irfai (Fai), dan Tiara putri Larasati (Giring) duduk bersama menikmati ayam goreng "BU PINK" yang hampir menjadi menu rutin makan malam kami. Topik malam ini bukanlah gosip HOT di STEMATEL atau masalah nilai-nilai jeblok kami yang bikin frustasi. Topik malam ini adalah rencana masa depan setelah kita menyelesaikan study di STEMATEL (SMK Telkom Snadhy Putra). Gak usah ditanya kalau Yuda pasti udah nyiapain segudang rencana yang gemilang dan dia sudah pasti memilih kuliah. Giring juga sudah memantapkan diri untuk kuliah, tetapi masih belum menentukan pilihan mau kuliah dimana. Kalau Fai dia pengen kuliah, tapi secara ekonomi mungkin dia lebih memilih kerja. Sekarang giliranku, kalau aku saat itu masi pada tujuan awalku yaitu KERJA. Mengapa aku memilih SMK juga karena tujuanku setelah dari SMK aku bisa langsung kerja. Mau diputer jungkir balik kayak apa tetep aja orang tuaku belum sanggup membiayaiku kuliah apalagi jaman sekarang biaya kuliah gak ada yang bunyinya "ribu" semua "juta" bahkan "puluhan juta".
Mendengar rencanaku Yuda mulai angkat bicara, dia membujuk dan merayuku untuk tetap kuliah. Dari semua iming-iming Yuda, ada satu universitas yang membuatku jatuh cinta yaitu "PARAMADINA". Di Paramadina ada program beasiswa penuh, mulai dari biaya perkuliahan, biaya hidup, seragam dan asrama. Mendengar itu, aku dan Fai langsung bersemangat apalagi mendengar kalau Paramadina itu termasuk universitas swasta yang elit. Memang kami sudah egak asing dengan nama universitas itu, karena tahun lalu ada satu kakak kelas yang berhasil masuk ke Paramadina Fellowship. Tapi tiba-tiba rasa minder menyelimuti diriku, kalau kak Emanuel (Nuel) bisa masuk Paramadina bukan hal yang mengherankan. Dia juara LKS bidang networking, ranking kelas, juara olimpiade matematika, juara lomba murid teladan se-Jateng. Sedangkan aku? Mentok juga aktif di organisasi, olimpiade dan kejuaraan aku gak pernah ikut dan kalau ikut juga mustahil bisa juara. Fai prestasi juga udah lumayan banyak, dia ikut klub debat bahasa inggris, dia juga pernah menjuarai beberapa kejuaraan debat bahasa inggris di tingkat kabupaten hingga profinsi, aktif di organisasi. Malam itu kami menggosip hingga larut malam sampai warung bu Pink tutup.
Keesokan harinya aku berangkat sekolah lebih pagi dari biasanya, lengkap dengan Zyrex netbook kesayanganku. Kebetulan hari ini jadwal Produktif jadi aku bisa online gratis unlimited di lab. Sepanjang hari aku nongkrongin website Paramadina membaca profilnya, program studi dan gak ketinggalan syarat dan ketentuan untuk bisa mengikuti program fellowship. Ada satu prodi yang membuatku jatuh hati yaitu DKV atau Desain Komunikasi Visual. Di Paramadina juga ada klub manga komik, wuaaaaah baru kali ini aku melihat ada klub manga komik nampang di profil universitas. Selain itu website Paramadina unik dan lain dari yang lain. Kalau di universitas lain paling kita hanya bisa mendapat info nama program studi dan biaya perkuliahan. Tetapi di website Paramadina kita bisa tau apa saja yang akan dipelajari dari setiap prodi secara rinci mulai dari semester pertama hingga akhir. Cintaku terhadap Paramadina semakin dalam hihihihi.

ESSAY
Waktu berjalan, obrolan tentang Paramadina mendominasi topik kami ketika nongkrong di Bu Pink. Ternyata Yuda dan Fai juga punya niat untuk mencoba meneruskan studi di Paramadina. Sampai hari pembukaan penerimaan siswa baru program fellowship. Yuda dan Fai sudah lebih dulu mendownload persyaratannya. Ya ampun syaratnya banyak banget, ada nilai raport dari semester 1-5. Masalah nilai alhamdulillah memadai. Selain itu aku harus mengisi 15 lembar formulir, buset ini formulir terheboh yang pernah aku temui. Aku harus membuat dua essay, tentang "Aku si Agent Of Change di Masa Depan" dan "Titik nadzir". Ampun deh aku kan gak pinter menulis!! pelajaran bahasa Indonesia aja aku sering remidi. Belum lagi ada surat rekomendasi dari kepala sekolah dan guru. Yang aku takutkan kepala sekolah mau enggak ya memberiku yang bukan siapa-siapa ini rekomendasi untuk ke Paramadina?
Yuda yang selalu mendampingiku ketika aku sedang bingung menyelesaikan essayku. Dia banyak memberiku gambaran-gambaran tentang essay, dia juga yang memberiku informasi untuk mendownload essay mas Nuel. Setiap pulang sekolah aku mulai mengerjakan essayku, dimulai dari "aku si agent of change di masa depan" dan pasti berhenti sampai paragraf ke tiga atau keempat. Ide untuk rencanaku kedepan sudah ada di kepala, tetapi ketika aku harus mencantumkan ke lembaran kertas spontan jadi amburadul. Huaaaaa, aku setres karena essay. Dua minggu sudah berlalu tetapi satupun dari essayku belum ada yang selesai dan aku mulai frustasi.
Keesokan harinya aku dan Yuda berangkat ke sekolah bersama, dia menanyakan perkembangan essayku. Saat itu aku hanya bisa nyengir sambil memasang tampang orang bingung dan frustasi. Sepulang sekolah dia berjanji membantuku membuat essay. Jadilah sore itu kami duduk berdua di ruang SPP, tempat yang nyaman untuk nongkrong karena disini koneksi internetnya lumayan cepet. Kami mulai berdiskusi, Yuda memberiku pertanyaan-pertanyaan yang bisa membuka pikiranku. Aku mengutarakan apa yang ada di kepalaku dengan bahasa yang amburadul dan Yuda membantuku merangkainya menjadi sebuah kerangka. Tak terasa sudah hampir magrib, kami berdua pulang dan beristirahat. Di kos aku mulai mengembangkan kerangka yang telah kami buat, dan masih saja aku kesulitan. Hingga tak terasa bulan February sudah hampir habis. Padahal deadline pengumpulan formulir via pos tanggal 15 Maret. Akhirya aku meminta bantuan kepada temanku yang pandai menulis namanya Tutut adik dari Mas Zanuar Rivai kakak kelasku. Tutut memintaku mengirimkan coretan essay alakadarnya, yang penting dia tau apa yang akan dituliskan dan dia yang akan mengembangkannya. Bimsalabim!!! Dalam waktu tiga hari essayku selesai. Awalnya essay buatan temanku Tutut yang akan aku kirimkan ke Paramadina. Sampai akhirnya aku sadar bahwa itu tidak benar. Aku hanya akan membohongi diriku sendiri dengan essay itu. Akhirnya bukan itu yang aku kirimkan ke Paramadina, karena itu bukan karya murniku. Tetapi essay buatan Tutut sangat membantuku dalam tata cara merangkai kalimat yang benar.
Satu masalah selesai muncul masalah baru yang merupakan buah kecerobohanku. Setahuku batas akhir pengumpulan formulir via pos itu tanggal 15 Maret, eh ternyata tanggal 9 Maret. Alamaaaaaak!!! Saat itu tanggal 8 Maret, aku terkulai lemas di kantor pos. Mana mungkin dalam satu hari formulirku bisa sampai di Paramadina tepat waktu. Sedangkan kalau harus menyerahkan langsung, bapak dan ibu belum punya dana untuk transport ke Jakarta. Aku pulang ke kos dan menceritakan hal ini kepada ibu sambil memandangi formulir yang ada di genggamanku. Alhamdulillah Allah memberiku jalan keluar. Aku tak perlu bersusah payah ke Jakarta. Aku hanya perlu mengirim formulir ke alamat Pakde Pur yang rumahnya tidak jauh dari Paramadina dan beliaulah yang akan menyerahkan secara langsung formulirku itu. Kebetulan tanggal 9 Maret hari minggu, jadi kantor pos tutup. Keesokan harinya pada tanggal 10 Maret aku meluncur ke kantor pos mengirimkan formulir. Aku memilih jalur kilat kusus karena kata pegawai kantor Pos kalau menggunakan jalur kilat kusus, tanggal 13 Maret sudah bisa sampai di Jakarta. Alhamdulillah formulir sudah ku kirim dan tinggal menunggu konfirmasi dari Pakde Pur. Hingga tanggal 14 Maret Pakde Pur belum menerima formulirku. Aku mulai cemas, hanya bisa berdoa dan berpasrah diri. Kalaupun memang aku telat mengumpulkan formulirku, dengan lapang dada aku menerima bahwa Paramaina bukan jalanku. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi hanya Tuhan yang tau mana yang terbaik untuk kujalani. Berita gembira datang tanggal 14 sore, bahwa Pakde Pur telah menerima formulirku. Lalu tanggal 15 Maret pagi, Pakde Pur meluncur ke Paramadina menyerahkan formulirku. Terimakasih ya Tuhan, Engkau membukakan kesempatan bagi hambamu. Sekarang aku hanya bisa berdoa dan menunggu pengumuan hingga awal Juni.





TUHAN LEBIH TAU…
Memasuki bulan Mei kami siswa kelas duabelas disibukkan dengan mulai mencari universitas dan pekerjaan bagi yang ingin kerja. Ada banyak universitas yang datang ke sekolah untuk presentasi dan promosi. Banyak juga perusahaan penyalur tenaga kerja yang datang ke sekolah untuk melakukan perekrutan. Ternyata banyak juga teman-temanku yang berminat untuk bekerja seperti aku ini. Semua alumni aku hubungi untuk mencari informasi lowongan pekerjaan. Ya… walaupun kami belum mendapat keputusan tentang kelulusan tapi kami yakin kami pasti lulus. Jadi kami berani mencari pekerjaan dengan berbekal nilai raport. Lowongan pertama yang aku terima yaitu menjadi admin di CV.Bangun Usaha Energi Perkasa. Aku mendapat informasi ini dari mbak Linda (alumni angkatan 12). Aku bersama si kembar Nani Sri Sulistiyowati (Nani) dan Neni Sri Sulistiyowati (Neni) melamar ke CV BUEP. Karena belum ada kepastian dari CV BUEP akhirnya kami bertiga memutuskan untuk pulang kampung. Kebetulan rumah kami satu jurusan, si kembar di Wonosobo dan aku di Temanggung. Belum ada tiga hari di rumah kami mendapat panggilan dari CV.BUEP. Tapi sayangnya hanya aku dan Nani saja yang dipanggil interview karena ada kesalahan pada berkas pada lamaran Neni. Malam itu juga aku meluncur ke Purwokerto, dari Temanggung aku berangkat jam tujuh malam. Padahal perjalanan Temanggung-Purwokerto paling cepet 4 jam kalau naik bis. Bisa dibayangin kan sampe Purwokerto jam berapa? Alhamdulillah ada Mas Julian (alumni angkatan 12) yang dengan baik hati mau menjemputku.
Esok pagi aku dan Nani mengikuti wawancara, Nani yang baru saja sampai di Purwokertp langsung ikut meluncur ke BUEP dengan sepeda. Proses wawancara berjalan sangat tegang, ini pertama kali bagi kami mengikuti interview kerja. Nani mendapat giliran lebih dulu, hampir satu jam dia berhadapan dengan pemimpin perusahaan ini. Terdengar suara orang berbincang-bincang dari ruangan wawancara, dan tak jarang terdengar suara tawa kecil di sela-sela perbincangan yang menegangkan. Akhirnya giliranku tiba. Keringat bercucuran, jantung berdegup kencang dalam hati aku berkata “Aku Pasti Bisa.. Aku Pati Bisa”. Pak Fani pemimpin perusahaan tersenyum menyambut kedatanganku mengawali proses wawancara. Proses wawancaraku tak selama proses wawancara Nani, aku juga jarang membuat pak Fani tertawa seperti apa yang di lakukan Nani. Satu jam berlalu kami berdua pulang ke kos-kosan Nani, melepas lelah dan sholat Dzuhur. Belum ada 15 menit sampai di kos, Nani mendapat panggilan dari BUEP. Saat itu hatiku sedih dan kecewa, dari awal aku yang mencari lowongan ini. Aku udah bela-belain nekat malem-malem dateng ke Purwokerto tapi kenapa cuma Nani yang dipanggil. Tapi bukan emosi seperti itu yang aku berikan kepada Nani, dengan hati berat dan jiwa yang capek aku memberikan senyuman terindah yang bisa aku buat saat itu untuk Nani dan memberikan semangat untuknya.
Hari berikutnya Nani, Mas Julian dan Seren nonton bareng Moto GP di kosku. Saat itu Nani bercerita tentang pekerjaannya yang baru. Alhamdulillah yang kuucapkan dalam hati ketika aku mendengar seperti apa pekerjaan yang harus Nani jalankan. Tuhan maha adil, pantas saja bukan aku yang dipilih karena Tuhan tau aku tidak mungkin mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi, dibawah tekanan setiap hari dan berurusan dengan uang. Nggak banget deh! Satu pelajaran indah bagiku, bahwa terkadang apa yang kita inginkan bukanlah apa yang kita butuhkan. Tuhan lebih tau apa yang kita butuhkan. Terimakasih ya Allah.

TO BE THE REAL ABHIMATA
Aku nggak berhenti sampai disitu, aku terus mencari lowongan pekerjaan dari alumni dan dari sekolah. Hampir setiap minggu aku mondar mandir ke kantor pos mengirimkan lamaran dan mencari lowongan pekerjaan yang terpampang di papan pengumuman kantor pos. Setiap hari aku memandangi hp kesayanganku, menanti panggilan interview kerja. Tetapi tak ada satupun perusahaan yang memanggilku untuk wawancara. HP etouch masih kugenggam, ada sms dari temanku Alfan dan disusul Yuda. Belum sempat aku membuka sms dari Yuda sms dari Farida sudah menyusul. Akhirnya aku buka sms dari Alfan yang lebih dulu masuk ke HP ku. Alhamdulillah !!!! aku berteriak keras sambil loncat-loncat di atas kasur sambil memanggil-manggil nama sahabatku tercinta. “GIRIIIINX GIRIIIIINX GIRIIIIIINX!!!” Girinx yang sedang asik di kamarnya datang menghampiriku dengan wajah terheran-heran. Dengan semangat aku menyampaikan berita bahwa aku lolos seleksi tahap pertama Paramadina. Girinx ikut menjerit dan kami tertawa bersama, Alhamdulillah ternyata Tuhan punya rencana sendri dibalik semua ini. Coba saja kalau aku sudah diterima di suatu perusahaan, kabar ini tak akan berpengaruh karena aku sudah fokus bekerja.
Berita gembira kembali menghampiri kami siswa angkatan 16 SMK Telkom Sandhy Putra, kami satu angkatan dinyatakan lulus 100%. Bukan hanya itu, kami menduduki ranking 1 SMK se Banyumas dan rangking 13 SMK se Propinsi Jawa Tengah. Waw ini prestasi yang luar biasa. Setelah acara wisuda, aku bersama orang tuaku kembali ke Temanggung. Aku juga sudah memutuskan untuk meninggalkan kos, semua barang-barang dibawa pulang kecuali sepedaku tersayang.
Setelah beberapa hari menganggur di rumah akhirnya tiba saatnya aku maju ke seleksi tahap ke 2 Paramadina Fellowship. Proses seleksi diadakan jam delapan pagi di Hotel Ibis Semarang lantai dua.Aku berangkat diantar bapakku, sebelumnya kami menginap di rumah Om Beni daerah Pudak Payung Semarang.Aku sampai di Hotel Ibis tepat jam delapan pagi, terlihat sudah ada sekitar 13 anak Paramadina Fellowship dari Jawa Tengah. Kami langsung berkenalan satu sama lain. Tiga puluh menit menunggu acarapun dimulai. Ada tiga tahap proses seleksi, yang pertama adalah seleksi berkas mulai dari keaslian raport sampai piagam apa saja yang pernah kamu raih. Disitu aku sangat minder dan merasa hancur kalah sebelum berperang! Anak-anak PF (Paramadina Fellowship) yang lain punya segudang piagam, sertifikat lomba ini itu. Sedangkan aku? Satupun tak ada.
Aku keluar ruangan dengan hati loyo, apalagi mendengar bahwa anak-anak lain sangat mahir ngomong bahasa Inggris. Seperti Mutia, dia adalah seorang debater bahasa Inggris. Selain itu dia juga sudah pernah mendapat beasiswa di Turki. Piagam yang dibawa Mutia pun buanyak banget!!!
Aku mengerjakan soal PEPT (semacam TOEFL dan Logika) dengan perasaan yang amburadul. Apalagi tes TOEFLnya, haduuuuuu itu ngomong apa sih yes no yes no good good gak jelas gitu. Alamaaaak hancur sudah.
Proses seleksi yang terakhir yaitu proses wawancara. Sebelumnya aku sempat bercerita kepada Yuda via sms tentang keadaanku yang dirundung keminderan. Yuda memberiku nasIhat dan semangat dengan segala opininya yang kadang bikin jengkel tapi manjur hehe. Satu yang aku ingat dari nasIhat Yuda, “gak peduli kamu siapa kamu bisa apa mereka siapa mereka bisa apa. Yang penting tunjukan kepada interviwer bahwa kamu itu pantas menerima beasiswa dengan bakat yang kamu miliki dan dirimu yang apa adanya. Disini kamu harus bisa jadi dian inabhimata yang sesungguhnya, yang sungguh-gungguh ingin mendapatkan beasiswa ini!! Jangan kalah sama keadaaan!!” Waw… nasihat Yuda memang mannjur. Saat proses wawancara, aku bisa menjalaninya dengan enjoy. aku bisa menunjukkan bakat menggambarku dengan leluasa tanpa ada beban, aku bisa menunjukkan diriku tanpa ada rasa minder. Aku benar-benar menjadi “the real Abhimata”. Hatiku sedikit lega setelah proses wawancara selesai. Pengumuman hasil seleksi ke dua akan diumumkan pada tanggal 15 Juli 2011. Waw lama banget tuh, masih satu bulan lagi.

UTY
Tak bisa hanya berdiam diri dan menunggu pengumuman dari Paramadina, apalagi peluangku sangat kecil. Akhirnya aku memutuskan untuk mencari-cari lowongan pekerjaan. Satu mingg dua minggu berlalu, belum ada satupun perusahaan yang memanggilku untuk interview. Aku frustasi mencari pekerjaan, dan memutuskan untuk tidak melamar dulu. Saat aku iseng browsing di internet, aku menemukan program beasiswa penuh di universitas UTY dan kalau enggak salah dulu aku pernah dapet formulirnya dari sekolah. Aku belum terlambat, masih ada dua hari kesempatan untuk mendaftar. Tanpa pikir panjang aku langsung mengisi formulir dan menyerahkan langsung ke UTY karena kalau lewat pos sudah enggak keburu. Ada cerita tersendiri dibalik perjalananku menuju UTY.
Saat itu bapak dan ibu sedang tidak punya uang. Hasil dari penjualan kios kami kemarin hanya cukup untuk membayar hutang bank hari ini. Lalu bapak memutuskan untuk mengantarku ke UTY dengan sepeda motor karena kalau aku harus naik bis, bapak dan ibu tidak punya cukup uang untuk membayar tarif bis dari Temanggung-Jogja pulang pergi. Saat itu hanya ada uang sekitar 50.000 dan sebagian sudah digunakan untuk belanja serta sarapan pagi. Mungkin hanya tersisa sekitar 30.000 lalu bapak membawa uang 15.000 dan sisanya untuk ibu dirumah. Seharusnya hari itu bapak menjaga kios dan mencari penghasilan, karena dengan uang 15.000 di tangan ibu tidak akan cukup untuk biaya hidup kami sekeluarga hingga besuk. Jam tujuh pagi aku dan bapak berangkat ke Jogja dengan sepeda motor, ibu menggantikan bapak sementara di kios, setidaknya kios kami tidah harus tutup. (bapakku seorang tukang senar raket badminton, kami mengelola kios olahraga kecil spesialis bulutangkis. Setiap hari penghasilan kami tergantung pada banyaknya raket yang membutuhkan jasa bapakku). Perjalanan ke Jogja memakan waktu sekitar dua jam. Di tengah jalan kami mendapat musibah, ban belakang motor bapakku bocor. Mungkin ini bukanlah hal yang menyulitkan bagi mereka yang membawa uang lebih. Aku dan bapakku harus mendorong sepeda motor sekitar 200 meter, Alhamdulillah ada tukang tambal ban. Parah banget, lubang di ban belakang gak cuma satu. Aduh duh, kira-kira satu lubang harganya berapa ya? Bapak dan aku menunggu dengan cemas. Alhamdulillah, sekali lagi kami tertolong oleh tukang tambal ban yang baik hati ini. Seharusnya kami harus membayar jasa sekitar 10.000. Karena pak tukang tau keadaan kami, beliau menyuruh membayar 5000 saja. Teimakasih untuk pak tukang tambal ban, engkau malaikat bagi kami. Kami melanjutkan perjalanan, kali ini bapak mengemudikan motor lebih lambat karena takut ban belakang bocor lagi. Setelah selesai urusan di UTY, kami berdua langsung pulang. Sebenarnya perutku sudah keroncongan, begitu pula perut bapak. Tapi kami memilih menahan lapar untuk makan di rumah, sehingga sisa uang kami bisa digunakan untuk kepentingan lain.
Dari peristiwa tadi aku kembali mendapat pelajaran berharga bahwa “kasih orang tua kepada anak begitu besar. Mereka rela melakukan apapun, mengorbankan apapun untuk kebaikan anaknya”. Aku bersyukur punya orang tua yang selalu mendukungku dalam keadaan apapun.

Terkadang Untuk Mendapatkan Kebaikan, Kita Harus Mengalami Kegagalan dan Cobaan
Satu minggu di rumah menjadi pengangguran sungguh membosankan. Setiap hari kegiatanku hanya makan, tidur, nonton TV balik lagi ke makan, tidur, nonton TV. Belum lagi keadaan rumah yang bikin hati dan telinga panas karena harus menjadi wasit tanpa tanda jasa. Berada di tengah perseteruan antara Bapak dan Ibu yang tiap hari meributkan hal-hal sepele. Lalu aku memutuskan untuk membuat ruangan pribadi di loteng yang tadinya digunakan untuk gudang. Satu hari aku membersihkan loteng dan dilanjutkan dengan mengecat tembok kamarku. Belum ada satu hari aku menempati kamar baruku, aku mendapat panggilan tes tertulis untuk beasiswa di UTY tanggal 12 Juni. Tidak hanya itu, tanggal 11 Juni aku juga harus mengikuti tes wawancara kerja di Kopegtel Purwokerto. Tidak kusia-siakan kesempatan ini, tanggal 10 Juni aku kembali ke Purwokerto untuk mengikuti wawancara kerja di Kopegtel. Lalu tanggal 12 aku mengikuti tes tertulis dan wawancara beasiswa UTY di SMA 1 Ajibarang.
Alhamdulillah proses tes tertulis dan wawancara berlangsung dengan lancar. Aku pulang ke Temanggung tanggal 13 sore, karena badan dan pikiran masih terlalu capek kalau langsung pulang. Pengumuman UTY diuplod tanggal 6 Juli di web UTY. Wah pengumumannya lebih awal daripada Paramadina. Kalau aku diterima di UTY dan aku mengiyakannya, sedangkan 9 hari kemudian aku diterima juga di Paramadina gimana ini??? Atau sebaliknya, aku menolak UTY tapi ternyata Paramadina aku tidak lolos aduh aku harus gimana ini?? Ditambah lagi Kopegtel yang masih belum jelas kapan mendapat panggilan lagi.
Setres aku dibuatnya!! Tiap hari aku menghabiskan sepruh waktuku di kamar, menulis, nggambar sambil MP3 an. Aku benar-benar pusing memikirkan masa depanku yang belum jelas. Semua masih dalam proses menunggu dan menunggu. Sedangkan di sisi lain aku iri melihat teman-temanku yang sudah bekerja, sudah mendapat Universitas.
Ibu mengetahui keadaanku saat ini, setiap hari dia memberiku nasihat bahwa “Tuhan selalu punya rencana yang baik untuk kita. Walaupun kadang untuk mendapatkan kebaikan itu kita harus mengalami kegagalan dan cobaan. Terus berdoa dan minta petunjuk pada Tuhan, karena Dia pasti akan menuntun kita ke jalan kebaikan.” Kata-kata Ibu yang kujadikan pegangan, setiap aku bingung menentukan pilihan dan setiap aku frustasi memikirkan masa depan aku selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk diberi kekuatan dan kesabaran. Aku kembali pada rutinitas pengangguran yaitu makan, tidur nonton TV. Sampai aku mendengar kabar bahwa Hafis dan Mamel mendapat panggilan dari Kopegtel untuk menjalani tes lapangan hari senin depan. Lagi lagi dan lagi, aku gembira mendengar kabar itu tetapi juga kecewa. Kenapa selalu begitu? Lowongan di Kopegtel aku yang susah payah mencari tau, Hafis dan Fahmi mereka tau dari Nani yang sebelumnya sudah kuberitau. Tetapi kenapa selalu bukan aku yang dipanggil? Lalu aku kembali teringat kata-kata Ibu. Kutarik nafas dalam-dalam dan aku berkata “Mungkin ini jalanku, jalan yang ditunjukan Tuhan menuju kebaikan.” Hatiku menjadi lebih tenang dan ikhlas. Satu minggu berlalu, Hafis masih terus berjuang di Kopegtel tetapi Fahmi sudah lebih dulu mundur di hari ke-4. Ternyata kerja di Kopegtel itu berat. Fahmi ditugaskan menjadi pekerja lapangan. Tak hanya panas, tetapi fisik juga harus kuat. Setiap hari harus beradu dengan tiang ambruk, kabel KU, FO, yang beratnya minta ampun.

Kesempatan di Depan Mata

Hingga tiba giliranku mendapat panggilan di Kopegtel untuk tes lapangan (kalau tidak salah tanggal 26 Juni). Aku sempat ragu. Haruskah aku terima panggilan ini, sedangkan aku tau Fahmi yang seorang laki-laki saja mundur karena nggak kuat fisiknya apalagi aku yang seorang cewek? Lalu aku mendapat nasihat dari mas Zanuar (Zen) “ambil kesempatan yang udah ada di depan mata. Apapun itu, seberat apapun itu jalani saja dulu. Setelah itu jalan baru pasti terbuka untukmu.” Nasihat dari mas Zen terdengar bijak, padahal jarang sekali dia bisa ngomong seserius dan sebijak itu. Tapi kalau masalah pegalaman pahit mencari pekerjaan aku percaya padanya, karena dia mengalami hal yang lebih menyulitkan dibanding aku. Toh kata mas Zen, gak mungkin cewek ditempatkan di lapangan. Nanti pada akhirnya cewek pasti ditempatkan di ruangan. Mungkin ini hanya untuk formalitas tes lapangan saja. Akhirnya hari selasa aku datang memnuhi panggilan, dengan tekad yang sudah bulat. Saat itu tak terpikirkan olehku masalah Paramadina dan UTY, karena aku gak bisa nganggur begitu saja di rumah. Kalau ternyata aku lolos tes lapangan, mungkin ini memang jalan baikku bukan Paramadina atau UTY.
Tiga hari aku menjalani tes lapangan, kulitku berubah menjadi hitam legam!! Berat badan turun dua kilo karena pekerjaan yang berat. Setiap hari aku harus pulang dari kantor di atas jam 5 sore bahkan diatas maghrib. Kalau begini caranya, kapan aku bisa kuliah? Pikiran awalku kalau aku bekerja, sorenya aku bisa kuliah. Tapi kalau badan capek pulang malam begini gimana aku bisa kuliah. Ternyata mencari penghasilan tak semudah yang aku kira. Aku harus banyak berkorban dan bersusah payah untuk mencari penghasilan yang masih dibilang mepet tiap bulannya. Lalu bagaimana dengan pegawai yang lebih tua tetapi jumlah gaji tidak jauh beda dengan anak SMK? Sungguh hidup penuh perjuangan!!
Hari Sabtu tiba, Alhamdulillah saatnya aku libur kerja dan memanjakan badan. Kebetulan kata P.Supri (koordinator lapangan di Kopegtel) bilang kalau minggu depan aku dan dua cewek lain ( Ipung dan Rindu) bisa istirahat dulu karena belum ada order lagi. Selain itu P.Supri juga harus berunding dulu dengan pemimpin Kopegtel untuk masalah perekrutan kami bertiga. Satu minggu itu kugunakan untuk istirahat dan memikirkan apa yang harus kulakukan kalau aku diterima di Kopegtel. Banyak yang menganjurkan untuk tetap focus di Paramadina dan UTY seperti kata Mas Julian. Kesempatan ini kugunakan untuk refresing, main bareng temen-temen yang masih stay di Purwokerto.

Dari Kota ke Kota
Hinggal akhirnya aku mendapat panggilan wawancara kerja di PT.INDOSAT tanggal 10 Juli dan aku juga lolos seleksi tahap pertama beasiswa ke Jepang (Monbusho)!! Wuah, ini dia yang aku tunggu-tunggu!! Tanggal 10 Juli akan diadakan wawancara kerja di PT.INDOSAT pusat di Jakarta dan tanggal 11 aku harus mengikuti tes tertulis Monbusho di kampus UI. padahal hari ini tanggal 8 Juli. Malam itu juga aku kembali ke Temanggung dengan perasaan gembira. Tanggal 9 sore aku berangkat ke Bogor, aku menginap di rumah saudaraku. Esok paginya aku berangkat ke Jakarta tepatnya ke gedung Indosat pusat. Ternyata semua tak semulus dan tak seindah yang kubayangkan. Informasi sebelumnya mengatakan bahwa posisi yang ditawarkan di Indosat adalah teknisi ternyata yang dibutuhkan admin data report. Ya ampun Tuhan, jauh-jauh aku ke Jakarta tapi aku harus kembali menghadapi kenyataan pahit. Aku diberi soal yang berhubungan dengan Excel dan aku gagal. Ku akui aku tidak begitu mahir menggunakan Excel, nilai praktik KKPIku saja pas-pasan. Inilah dunia nyata, semua tak seindah dan semulus yang kita bayangkan. Yang sudah berlalu biarlah berlalu, sekarang aku tinggal focus ke tes tertulis Monbusho besuk.
Sebelum kembali ke Bogor aku sempat diajak Bapakku keliling Jakarta (dengan jalan kaki tentunya). Di perjalanan itu aku menemukan banyak pemandangan yang membuat aku sungguh bersyukur. Banyak sekali anak seusiaku bahkan dibawah umurku harus rela berjemur di bawah terik matahari untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarganya. Selain itu di balik gedung-gedung mewah kota Jakarta, masih banyak rumah-rumah reot atau mungkin lebih pantas disebut gubuk di pinggir rel kereta dan di kolong jembatan. Pemandangan yang membuat kepalaku tak berhenti geleng-geleng sambil mengucap Alhamdulillah aku masih diberi kehidupan yang layak. Tes tertulis Monbusho tepat seperti yang aku bayangkan. Suliiiiiiiiiiitttttnyaaaaaa mminta ampun! Terutama untuk mata pelajaran Fisika, aku kesulitan untuk menterjemahkan soal yang berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Ya alhasil hanya 2 soal dari 8 soal yang bisa aku kerjakan. Itupun belum tentu benar. Kembali berdoa dan pasrah, aku sudah melakukan semua yang aku bisa dan apapun hasilnya itulah jalanku “jalan menuju kebaikan yang sebenarnya”.
Hari itu juga aku kembali ke Temanggung dan sampai di Temanggung tanggal 12 Juli pagi. Akhirnya aku bisa kembali ke suasana tenang dan nyaman tidak seperti Jakarta hehe. Belum ada satu hari di Temanggung, aku mendapat panggilan tes logika untuk PT.Garuda Indonesia tanggal 15 Juli. Selain itu aku juga mendapat surat dari UTY, bahwa aku diterima di Universitas UTY jurusan D3 Manajemen Informatika. Sayangnya aku tidak berhasil lolos program beasiswa penuh, aku hanya mendapat potongan uang gedung sehinggal tiap semesternya aku hanya membayar 1.300.000 saja. Alamaaaak!! Kenapa semua panggilan harus datang secara bersamaan? Saking bingungnya, hampir saja aku lupa mengucap syukur. Alhamdulillah ya Allah aku mendapat dua kabar gembira sekaligus. Disini aku kembali dirundung kebingungan antara UTY, panggilan Garuda dan pengumuman Paramadina. Untungnya batas akhir registrasi di UTY tanggal 16 Juli, satu hari setelah pengumuman Paramadina. Aku sedikit lega, dan untuk PT.Garuda tanggal 15 Juli aku tetap berangkat. Karena tak ada salahnya mencoba, toh Paramadina masih belum jelas dan peluangku untuk lolos juga sangat sangat sangat kecil *minder*.
Tanggal 15 juli jam satu siang aku sampai di Purwokerto sambil menunggu tes logika yang akan di muali satu jam lagi, aku online Facebook sebentar. Iseng-iseng aku membuka website Paramadina dan tepat seperti dugaanku, pengumuman Fellowship 2011 belum muncul. Online sebentar bisa membuat sedikit lupa akan beban ketidak jelasan masa depanku. Aku kembali ke sekolah, disana sudah ada sekitar 18 anak yang siap untuk mengikuti tes logika. Terlihat temanku Artika Ragil (tika) yang dua hari lalu berjuang bersamaku mengikuti tes wawancara di Jakarta.

BOHONG!!
Sebelum tes logika dimulai, kami dijelaskan mengenai profil PT.Aero System anak perusahaan Garuda Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Asyst. Profil dan fasilitas yang ditawarkan sangat menggiurkan, benar-benar berbeda dengan fasilitas yang ditawarkan oleh beberapa perusahaan yang pernah aku temui. Di Asyst aku juga mempunyai kesempatan untuk mendapat beasiswa di universitas manapun. Selain itu, apabila aku lolos dan mendapat kontrak aku bisa mendapat free ticket worldwide plane. Yang artinya aku bisa keliling dunia gratis dengan pesawat Garuda Indonesia!!! Wuaaaaaahhhh hatiku berdebar kencang. Aku mengerjakan 11 soal logika dengan semangat dan hati-hati dengan harapan aku bisa lolos seleksi ini. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan 11 nomer adalah empat jam penuh. Waktu yang sangat lama untuk 11 nomer yang biasa, tetapi tes logika kali ini luar biasa. Aku membutuhkan waktu hampir satu jam untuk mengerjakan 3 nomer. Karena membutuhkan logika, ketelitian dan kecermatan yang tinggi. Ketika aku mencapai soal nomer sepuluh, Hpku terus bergetar tanda ada sms masuk. Aku mengacuhkannya dan masih berkonsentrasi untuk menyelesaikan soal logika ini. Hp ku masih saja bergetar sampai aku tau itu tanda getar untuk panggilan masuk. Konsentrasiku mulai terganggu lalu aku meminta ijin untuk ke toilet sebentar. Ketika di toilet kutengok Hpku yang sedari tadi tidak berhenti bergetar membuat pantatku bergoyang. Terlihat lima sms masuk dan dua missedcall. Sms pertama yang kubuka “ Diiiiaaaaaaaaaaannnn!!!!!! Selamat! Kamu diterima di Paramadina Fellowship!!!! Nb : kamu di telpun gak diangkat. Huh, padahal aku pengen kasih selamat.” Dari sahabatku Girinx. Apa-apaan ini? Ini pasti cuma bercanda, Girinx pasti lagi usil. Sms ke dua “Diana mendosol selamat ya! Diterima di Paramadina Fellowship. *Yuda.” Hah! Apa ini? Yuda ikut-ikutan ngerjain aku? Enggak... ini pasti mereka bohong aku gak percaya! Aku kembali ke ruangan tes dan kembali focus ke soal-soal logika yang ada di depanku. Seperti apa aku mencoba, tetap saja aku tidak bisa focus karena isi sms dari kedua sahabatku tadi. Aku memutuskan untuk berhenti mengerjakan, padahal masih ada tiga nomer yang belum terjawab. Aku langsung lari kearah warnet terdekat, dengan perasaan yang gak karuan. Dalam hati aku berpikir, aku sudah mengorbankan logika Asyst untukk pengumuman Paramadina. Kalau ternyata kabar yang tadi aku terima itu bohong, aku akan kehilangan keduanya. Kehilangan kesempatan untuk bekerja di Asyst dan kehilangan Paramadina.
Aku buka website Paramadina. Keringat bercucuran, jantung berdegup cepat, hati bergetar hebat. Aku mendowload nama-nama siswa yang lolos Fellowship dan di urutan ketiga tercantum nama Dian Inabhimata jurusan Desain Komunikasi Visual dari SMK Sandhy Putra Purwokerto. Mataku melotot, tawa girang mengembang di wajahku spotan aku teriak Alhamdulillah ya Allah, Alhamdulillah…..!!!!!!!!!
Tak terasa air mata kebahagiaan menetes di pipiku. Ini adalah saat yang paling mengharukan sepanjang hidupku. Aku masih belum bisa percaya aku yang hanya murid biasa, tanpa piagam tanpa kemampuan berbahasa Inggris yang baik bisa masuk Paramadina Fellowshi!!! Tak henti-hentinya aku mengucap syukur.
Malam itu aku menelpon kedua orang tuaku menyampaikan dua kabar gembira. Dua?? Ya, aku lolos tes logika Asyst tetapi aku memilih untuk mundur. Memang Asyst perusahaan yang elit dan fasilitas yang akan aku terima sangat menggiurkan. Tetapi aku teringat nasihat mas Zen, dan tidak mungkin aku melepas Paramadina yang sudah aku rintis dan aku perjuangkan dengan seluruh tumpah keringat yang aku punya dan harus melalui berbagai peristiwa yang membuatku sadar bahwa sungguh Tuhan selalu punya rencana baik untuk kita. Tetapi kebaikan itu tida akan terasa nikmatnya apabila kita mendapatkannya dengan mudah. Dengan melewati berbagai kebingungan, berbakagi kegagalan dan ketrpurukan aku bisa menjadi lebih bersyukur. Tak perlu aku iri dengan keberhasilan orang lain, berusaha dan jangan patah semangat itulah jalan menuju keberhasilan yang sesungguhnya. Perjalanan menuju cita-citaku baru akan dimulai, pesan P.Ferat (bapak guru TKJ yang oaling aku sanyangi) “tetaplah rendah hati dan terus berjuang”.
Mungkin sepenggal kisahku ini bisa member inspirasi bagi teman-teman yang sekarang masih berjuang menemukan jalan menuju kebaikannya. Doaku bersamamu teman!!


(by : Abhim PASTI BISA)

3 comments:

kayakuebae said...

man jadda wa jadda,,
dan atas kuasa Alloh ta'ala jualah kau dapat meraih apa2 yg kau butuhkan.,dan terbaik untkmu InsyaAlloh :)
soo,, maju terus adikku dian inabimata dan perbanyaklah bersyukur kpa-Nya, krn tnpa-Nya kita bukanlah apa-apa,
Smoga kita menjadi hamba2 Alloh ta'ala yang pandai mensyukuri nikmat :)
semangatt !!

kayakuebae said...

itulah Alloh ta'ala, hal yg mnurut kita tidak mungkin,, ttpi sgalanya mungkin bagi Alloh ta'la, asal kita mau berusaha sekuat tenaga, berdoa, dan tawakal kepada-Nya. AllohuAkbar,,
sukses sllu adek Dian Ina,, mari,, mnjdi pribadi yg lebih pandai mensyukuri nikmat Alloh ta'la.., :) -->wanyad :p

My Lovely Life's said...

Keren bhim :')
Gue aja mash bisa terinspirasi. Semangat nak, masih ada 2 tahun kita berjuang!! Hahahah

Post a Comment