Wednesday, September 26, 2012
Kecoa - versi 1
Siapa yang mengira dia akan sangat sedih melihat perbuatanku. Hal yang wajar ketika para remaja cantik menjerit melihat kecoa merayap mendekati mereka.
Semua menjerit termasuk dia. Lari kesana-kemari ketakutan. Aku benci pemandangan ini. Dengan sapu lidi kuhabisi kecoa itu sampai tak bergerak. Teriakan mereka berganti menjadi sorakan gembira. Beberapa anak menghela nafas lega. ada yang memujiku deengan kalimat yang berlebihan. Ada yang kembali menonton TV. Tapi tidak seperti dia. Dia diam tertegun, diam menatap tempat sambah dimana kecoa tadi terbaring. Tanpa komentar apapun dia lari ke kamar atas. Aku tak menghiraukannya.
Sore itu mendung, bergegas kuturankan jemuran di lantai dua. Dia keluar dari kamar dengan mata sembab. hidungnya sedikit berair. Dia tersenyum terpaksa. Aku diam. Menatapnya sebentar. Kenapa dia?
Rasa bersalah, heran menyelimuti diri ini. Siapa yan mengira? Dengan membunuh kecoa tadi aku telah melukai hatinya. Teman sau SMAnya bercerita tentang sisi kehewanannya. Bukan berarti dia seperti hewan. Dia salah satu orang yang memiliki simpati lebih terhadap binatang -apapun itu.
Itulah awal mula aku masuk ke dunianya yang unik bersama makhluk ciptaan Tuhan yang lain -binatang. Dia temanku, teman bagi seluruh hewan di dunia ini. Aku memanggilnya Dzae
No comments:
Post a Comment