Saturday, April 21, 2012

Dibalik Skenario-Nya

Pernahkah kalian meluangkan waktu untuk merenung? Bukan merenung karena galau atau meratapi nasib karena uang jajan menipis lho. Merenung mereiew kembali kejadian dalam sehari. Mungkin keseharianmu terlalu statis untuk direnungi, ok gak masalah. Pasti suatu saat kamu pernah mengalami hari yang berbeda dengan biasanya. Di akhir hari itu, cobalah untuk merenung. Kebiasaan ini kumulai sejak SMK kelas 2, dimana sebelumnya aku hanya bisa menggerutu dan menyalahkan ketika Tuhan memberiku episod yang menjengkelkan. Tapi jangan salah, Tuhan itu Maha Sutradara !! Kamu gak akan pernah bisa menebak ending suatu episod. Sejak saat itu aku jarang sekali menyalahkan keadaan. Ketika aku harus melewati episod yang butuh kesabaran, htiku selalu berkata "Tuhan pasti punya ending yang indah untukku, makadari itu aku tak boleh menyerah dan harus melanjutkan episod ini sampai tuntas." Dan benar saja, selalu ada kejutan dibalik Skenario-Nya. Saat itu aku dan teman satu kelas sedang berlatih memotret. Dosen kami memberi intruksi untuk membuat packaging sebuah produk, dan packaging itu yang akan menjai object memotret. Satu minggu sebelumnya aku sudah mempersiapkan packagingnya, tetapi hasilnya kurang memuaskan. Jam 9 malam, aku dan dua temanku baru akan memulai pemotretan. Karena capek menunggu giliran, aku memutuskan untuk mundur.Hari ini aku ikut teman sekelasku melakukan pemotretan di studio ci, kampus Paramdina. Aku dan yang lain standby dari jam 16.00 WIB menunggu kameran. Saat itu kami harus bergiliran dengan anak DPI, karena hanya ada satu kamera pinjaman dari Mas Nuri (dosen). Setelah kamera datang, kami masih standby menunggu Mas Nuri. Lama menunggu tanpa ada kejelasan, akhirnya kawanku Phandoe menemui Mas Nuri di rumahnya. Hampir satu jam menunggu, akhirnya Phandoe datang dan kami mulai melakukan persiapan pemotretan. Nampaknya Phandoe berhasil mendapat ijin, untuk meminjam kelas dan lighting di studio. Tidak selesai sampai di situ, ditengah persiapan Mas Nuri datang. Beliau mengatakan "Kalau kalian memotret tanpa flash sama saja dengan memotret dengan lampu biasa. Cari flash atau triger !" Haduh, tidak diantara kami yang mempunyai flash maupun triger. Jam 19.00 kami masih belum bisa melakukan pemotretan karena tidak ada flash. Akhirnya Mas Nuri turun tangan. Setelah hampir dua jam Mas Nuri mengoprek kamera, akhirnya kami bisa melakukan pemotretan tanpa menggunakan flash. Jam 21.30 pemotretan dimulai, kak Fina mendapat giliran pertama karena tempat tinggalnya jauh. Aku, Phandoe ,Arum dan Dede mendapat giliran paling akhir karena kita tinggal di sekitar kampus. Jam 01.00 20 April. Tiba giliran Dede memotret, saat itu batre kamera tinggal setengah. Phandoe sudah mengingatkan Dede untuk berhemat. Menunggu giliran hingga jam 04.00,aku tertidur sebentar karena tak kuasa menahan kantuk. Samar-samar aku mendengar Phandoe berkeluh kesah " aaash batrenya abis!!". Aku terbangun. WHAAAAT???? Batrenya abis? trus penantianku dari kemarin sia-sia?? aku gak bisa motret??? Sia-sia dong, aku dan Phandoe menunggu, mengalah, begadang hingga pagi hari?? WTH !! Kulihat sekeliling, Phandoe tak ada ditempat. Kata Arum dia pergi mencari batre. Aku masih emosi, kecewa, sempat terlintas " Tuhan kenapa Engkau begitu jail, kesabaranku hampir habis. apa yang sebenarnya Engkau rencanakan?" lalu aku teringat statmentku bahwa Tuhan selalu punya ending yang indah. Astagfirulloh... Aku memutuskan mencari Phandoe. Di jalan aku bertemu dengan Phandoe, dengan wajah yang lesu dan kelelahan dia menggeleng, pertanda dia tidak mendapatkan batre. Kesabaranku benar-benar sedang diuji. Kami memutuskan untuk kembali, Phandoe tetap tinggal di studio menjaga perlengkapan. Aku, Arum dan Atina kembali ke asrama. Pukul 07.00 aku sudah ada di kampus, bergegas menggantikan Phandoe untuk berjaga. Mata Kuliah Inggris 2 kurelakan absen.Phandoe pulang, tanpa sadar aku tertidur di studio. Kelas fotografi dimulai, aku dan Phandoe belum memotret. Akhirnya Phandoe datang membawa batre baru. Mas Nuri mengerti keadaan kami, dan memberi kesempatan untuk memotret pada hari itu. Disinilah aku menemukan jawaban dari endingnya. Ketika aku dan Phandoe memotret, ada asdos, dan senior yang mendampingi. Kami diberi arahan saat mensetting kamera, lighting. Sarana yang ada lebih lengkap. Mas Nuri juga membantu mensetting lighting yang ternyata sedari malam tadi tidak menyala dengan baik. Alhmdulillah Tuhan memberiku semua ini. Aku benar-benar awam akan fotografi, kalau saja batre tidak habis aku tak akan mendapat arahan dan pengalaman seperti ini. Sesi pemotretanku berjalan lancar, dengan keadaan fisik yang lebih fresh dibanding tadi malam, setting kamera dan lighting yang lebih mapan. Banyak sekali ilmu baru yang kudapat dari arahan mereka, dan aku ebih yakin dalam memotret. Dan hasilnya, WAW!! Amazing! tak pernah kubayangkan aku bisa memotret seperti itu. Saat itu aku tertawa kecil dan bedoa " Tuhan, memang terkadang Engkau jail memberiku cobaan. Tetapi aku percaya kalau aku bisa melewatinya dengan sabar, Kau pasti sudah menyiapkan ending yang indah. Maafkan aku yang sempat meragukanMu tadi. Terimakasih Tuhan :)" Ini hanya sebagian kecil contoh peristiwa yang bisa kamu renungkan. Mungkin bisa menjadi motivasi teman-teman ketika hampir putus asa menghadapi sebuah permasalahan yang besar. Jika saat itu tiba, ingatlah "Bahwa Tuhan selalu punya ending yang indah, tetapi kita tak akan pernah tau kalau tidak menyelesaikan episodnya dengan sabar." Semoga bermanfaat :)

3 comments:

Atin Yakutin said...

iyha bhim... tetap semangat yah...
Qta smua juga pasti pernah merasakan kasih sayang and ending yang indah disaat akhir perjuangan...
yang penting sabar,, karna tak mudah untuk melatih kesabaran...
aku saluth karena kamu sudah mencoba terbiasa berpikir positif...
sukes yah bhim...
:)
* so sweetttt...

Atin Yakutin said...
This comment has been removed by a blog administrator.
abhimata said...

makasih support dan doanya, sukses bagi kita semua ! :)

Post a Comment